- Tidak menulis sebelum benar-benar menguasai masalah yang akan ditulisnya.
- Mengumpulkan idea-idea yang berserakan, meringkas ungkapan-ungkapan yang panjang, menyusun ciri-ciri penting dengan rapi, cermat dan kemudian menjelaskannya dengan terang. Inilah tujuan menulis sebenarnya.
- Menghayati apa yang ditulis, tidak terlalu singkat hingga membingungkan dan tidak terlalu berjela-jela hingga membosankan.
- Menggunakan ungkapan yang baik, kata-kata yang mudah dicerna dan menjauhi kata-kata asing yang kurang dikenali pembaca.
- Menilai apa yang telah ditulis, merujuk menilai kepada orang yang lebih tahu, membincangkannya dan menguji analisa-analisanya. Setelah itu, baru menulis lagi dari awal.
- Mencari masalah-masalah yang belum banyak dibahas dan juga diperlukan orang ramai.
- Hanya menulis masalah –masalah yang sesuai dengan bidang keilmuannya. Ertinya, jangan sampai menambah masalah-masalah yang tidak dikuasainya. Oleh sebab perkara itu akan sangat memalukan.
- Membuang daripada tulisannya segala macam kebohongan, kesalahan, kata-kata kotor, cacian dan kata-kata yang menyakiti orang lain.
- Tidak mudah terpesona dengan apa yang ditulisnya, atau ujub dengan hasil karyanya sendiri. Sebab, itu adalah cubaan.
- Menyebutkan nama-nama orang yang dinukil atau dikutip pendapatnya. Tidak mencuri atau menghapus karya orang lain.
Allah swt berfirman:
...وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ...(۱٦۱)
…dan sesiapa yang berkhianat (menggelapkan sesuatu), ia akan bawa bersama pada hari kiamat kelak apa yang dikhianatinya itu…
[Ali-Imran: 161]
Sumber: Dr. ‘Aidh Abdullah al-Qarni, Rahsia Tokoh Yang Berjaya.
Ps: Mudah-mudahan tulisan ini menjadi pendorong kepada saya untuk terus menulis. Insya-Allah. Selamat Beramal!
Tiada ulasan:
Catat Ulasan