Oleh
: Ustadz Kharisman
Berikut ini adalah sepenggal kisah-kisah menakjubkan tentang
kesungguhan para Ulama dalam menuntut ilmu. Semoga bisa menjadi pelajaran dan
teladan bagi kita untuk bersemangat menjalankan aktifitas ilmiyyah : menempuh
perjalanan menghadiri majelis ilmu, mencatat, murojaah (mengingat
kembali pelajaran yang sudah didapat), membaca buku-buku para Ulama’,
merangkum, meringkas, menyadur dan menyalin tulisan para ulama, mencatat
faidah-faidah ilmu yang kita lihat dan dengar, mendengarkan rekaman
ceramah-ceramah ilmiyyah melalui file-file audio, dan semisalnya.
Sesungguhnya
menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan menurut al-Imam asy-Syafi’i:
طَلَبُ
الْعِلْمِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ النَّافِلَةِ
Menuntut
ilmu lebih utama dibandingkan sholat Sunnah (Musnad asySyafi’i (1/249), Tafsir
alBaghowy (4/113), Faidhul Qodiir (4/355))
Kisah-kisah
nyata berikut ini sebagian besar disarikan dari kitab alMusyawwaq
ilal Qiro-ah wa tholabil ‘ilm karya Ali bin Muhammad al-‘Imran.
KESABARAN
DAN KESUNGGUHAN MENUNTUT ILMU
Ibnu
Thahir al-Maqdisy berkata : Aku dua kali kencing darah dalam menuntut ilmu hadits, sekali di
Baghdad dan sekali di Mekkah. Aku berjalan bertelanjang kaki di panas terik
matahari dan tidak berkendaraan dalam menuntut ilmu hadits sambil memanggul
kitab-kitab di punggungku
BELAJAR
SETIAP HARI
Al-Imam
anNawawy setiap hari membaca 12 jenis ilmu yang berbeda (Fiqh, Hadits, Tafsir,
dsb..)
MEMBACA
KITAB SEBAGAI PENGUSIR KANTUK
Ibnul
Jahm membaca kitab jika beliau mengantuk, pada saat yang bukan semestinya.
Sehingga beliau bisa segar kembali.
BERUSAHA
MENDAPATKAN FAIDAH ILMU MESKI DI KAMAR MANDI
Majduddin
Ibn Taimiyyah (Kakek Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah) jika akan masuk kamar mandi
berkata kepada orang yang ada di sekitarnya: Bacalah kitab ini dengan suara keras agar aku bisa mendengarnya di
kamar mandi.
40
TAHUN TIDAKLAH TIDUR KECUALI KITAB BERADA DI ATAS DADANYA
Al-Hasan
alLu’lu-i selama 40 tahun tidaklah tidur kecuali kitab berada di atas dadanya.
TIDAKLAH
BERJALAN KECUALI BERSAMANYA ADA KITAB
Al-Hafidz
alKhothib tidaklah berjalan kecuali bersamanya kitab yang dibaca, demikian juga
Abu Nu’aim alAsbahaany (penulis kitab Hilyatul Awliyaa’)
MENJUAL
RUMAH UNTUK MEMBELI KITAB
Al-Hafidz
Abul ‘Alaa a-Hamadzaaniy menjual rumahnya seharga 60 dinar untuk membeli
kitab-kitab Ibnul Jawaaliiqy
KEMAMPUAN
MEMBACA YANG LUAR BIASA
Ibnul
Jauzy sepanjang hidupnya telah membaca lebih dari 20.000 jilid kitab
Al-Khothib
al-Baghdady membaca Shahih al-Bukhari dalam 3 majelis ( 3 malam), setiap malam
mulai ba’da Maghrib hingga Subuh (jeda sholat)
Catatan
: Shahih alBukhari terdiri dari 7008 hadits, sehingga rata-rata dalam satu kali
majelis (satu malam) dibaca 2336 hadits.
Abdullah
bin Sa’id bin Lubbaj al-Umawy dibacakan kepada beliau Shahih Muslim selama
seminggu dalam sehari 2 kali pertemuan (pagi dan sore) di masjid Qurtubah
Andalus setelah beliau pulang dari Makkah.
Catatan
: Shahih Muslim terdiri dari 5362 hadits
Al-Hafidz
Zainuddin al-Iraqy membaca Musnad Ahmad dalam 30 majelis (pertemuan)
Catatan
: Musnad Ahmad terdiri dari 26.363 hadits, sehingga rata-rata dalam sekali
majelis membacakan lebih dari 878 hadits.
Al-‘Izz
bin Abdissalaam membaca kitab Nihaayatul Mathlab 40 jilid dalam tiga hari (Rabu,
Kamis, dan Jumat) di masjid.
Al-Mu’taman
as-Saaji membaca kitab al-Fashil 465 halaman (kitab pertama tentang
Mustholah hadits) dalam 1 majelis.
Salah
seorang penuntut ilmu membacakan di hadapan Syaikh Bin Baz Sunan anNasaa’i
selama 27 majelis
Catatan
: jika yang dimaksud adalah Sunan anNasaai as-Sughra terdiri
dari 5662 hadits, sehingga rata-rata lebih dari 209 hadits dalam satu majelis.
Syaikh
Muhammad Nashiruddin al-Albany rata-rata menghabiskan waktu selama 12 jam
sehari untuk membaca buku-buku hadits di perpustakaan.
MENGULANG-ULANG
MEMBACA SUATU KITAB HINGGA BERKALI-KALI
Al-Muzani
berkata: Aku telah membaca kitab arRisalah (karya asy-Syafi’i) sejak 50 tahun lalu dan
setiap kali aku baca aku menemukan faidah yang tidak ditemukan sebelumnya.
Gholib
bin Abdirrahman bin Gholib al-Muhaariby telah membaca Shahih alBukhari sebanyak
700 kali.
KESUNGGUHAN
MENULIS
Ismail
bin Zaid dalam semalam menulis 90 kertas dengan tulisan yang rapi.
Ahmad
bin Abdid Da-im al-Maqdisiy telah menulis/ menyalin lebih dari 2000 jilid
kitab-kitab. Jika senggang, dalam sehari bisa menyelesaikan salinan 9 buku.
Jika sibuk dalam sehari menyalin 2 buku.
Ibnu
Thahir berkata: saya
menyalin Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, dan Sunan Abi Dawud 7 kali dengan
upah, dan Sunan Ibn Majah 10 kali
Ibnul
Jauzy dalam setahun rata-rata menyalin 50-60 jilid buku
Muhammad
bin Mukarrom yang lebih dikenal dengan Ibnu Mandzhur –penulis Lisaanul Arab-
ketika meninggal mewariskan 500 jilid buku tulisan tangan
Abu
Abdillah alHusain bin Ahmad alBaihaqy adalah seseorang yang cacat sehingga
tidak memiliki jari tangan, namun ia berusaha untuk menulis dengan meletakkan
kertas di tanah dan menahannya dengan kakinya, kemudian menulis dengan bantuan
2 telapak tangannya. Ia bisa menghasilkan tulisan yang jelas dan bisa dibaca.
Kadangkala dalam sehari ia bisa menyelesaikan tulisan sebanyak 50-an kertas.
SANGAT
BERSEMANGAT DALAM MENCATAT FAIDAH
Al-Imam
anNawawy berkata: Janganlah sekali-kali seseorang meremehkan suatu faidah (ilmu)
yang ia lihat atau dengar. Segeralah ia tulis dan sering-sering mengulang
kembali.
Al-Imam
al-Bukhary dalam semalam seringkali terbangun, menyalakan lampu, menulis apa
yang teringat dalam benaknya, kemudian beranjak akan tidur, terbangun lagi ,
dan seterusnya hingga 18 kali.
Abul
Qosim bin Ward atTamiimy jika diberikan kepada beliau suatu kitab beliau akan
membaca dari atas hingga bawah, jika menemukan faidah baru beliau tulis dalam
kertas tersendiri hingga terkumpul suatu pokok bahasan khusus.
BERSAMA
ILMU HINGGA MENJELANG AJAL
Abu
Zur’ah arRaaziy ketika menjelang ajal dijenguk oleh sahabat-sahabatnya ahlul
hadits mereka mengisyaratkan hadits tentang talqin Laa Ilaaha Illallaah. Hingga
Abu Zur’ah berkata:
روى عبدالحميد
بن جعفر، عن صالح بن أبي عريب، عن كثير بن مرَّة، عن معاذ عن النبي – صلى الله
عليه وسلم -: ((من كان آخر كلامه: لا إله إلا الله دخلَ الجنة))
Abdul
Humaid bin Ja’far meriwayatkan dari Sholih bin Abi Uraib dari Katsir bin Murroh
dari Muadz dari Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam: Barangsiapa yang akhir
ucapannya adalah Laa Ilaaha Illallaah maka ia masuk surga.
Kemudian
Abu Zur’ah meninggal dunia
Ibn
Abi Hatim berkata: Aku masuk ke ruangan ayahku (Abu Hatim arRaziy) ketika
beliau menjelang ajal dalam keadaan aku tidak mengetahuinya aku bertanya
kepadanya tentang Uqbah bin Abdil Ghofir apakah ia adalah Sahabat Nabi? Ayahku
menggeleng. Aku bertanya: Apakah ia Sahabat Nabi? Ayahku berkata: Bukan. Ia
adalah tabi’in. Tidak berapa lama kemudian Abu Hatim meninggal dunia
<<
disampaikan pada kajian Rabu Malam Kamis 27 Jumadil Awwal 1433 H/ 18 April 2012
di Masjid Perum PJB Paiton Probolinggo oleh Abu Utsman Kharisman >>
Sumber: salafy.or.id
Tiada ulasan:
Catat Ulasan